KOPPINEWS.ID,Pangkalpinang- Paguyupan PK.FLOBAMORA BABEL akan pamerkan Komodo berukuran besar dengan Panjanh 6 meter dan tinggi 4 meter, hasil karya seni anak-anak muda PK.FLOBAMORA di Provinsi Kepulauan Bangka Belitumg (BABEL). Hal itu dipersiapkan untuk menggetarkan Kota Pangkalpinang dalam ajang pawai karnafal tanggal 22 agustus 2022 mendatang.
Partisipasi warga PK.FLOBAMORA sebagai bentuk nyata kehadiran mereka di BABEL dengan mengambil bagian dalam kegiatan ini. Demi menonjolkan kekhasan mereka dari kota asalnya Provinsi Nusa Tenggara Timur (Prov.NTT) kali ini sala satu kebanggaan dan dituangkan dalam karya seni adalah Komodo yang siap eksis dan dilpertunjukan kepada seluruh waraga Prov.BABEL.
Hewan langkah yang masuk dalam kategori keajaiban dunia ini
menjadi kebanggan tersendiri bagi warga NTT dan seluruh masyarakat Indonesia.
Historis Komodo ini menceritakan pada zaman dahulu kala, ada seorang putri yang bernama Putri Naga. Ia hidup dalam sebuah pulau dan kemudian menikah dengan Moja pemuda pulau sebrang.
Singkat cerita sang putri hamil dan kemudian melahirkan putra kembar yang keduanya memiliki kelamin laki-laki. Hanya saja salah satunya memiliki bentuk berbeda yang mirip dengan kadal dan membuat pasangan ini malu.
Keduanya memberi nama Orah untuk putra yang mirip dengan kadal dan memberi nama Gerong untuk bayi yang normal.
Orah terasingkan ke dalam hutan sementara Gerong diasuh sendiri oleh Putri Naga dan Moja.
Seiring berjalan waktu yang berlalu, Gerong sudah tumbuh besar dengan tubuh gagah. Hingga saat Gerong berburu rusa ia bertemu dengan kadal raksasa yang kemudian Gerong kejar dan hendak menghunuskan tombak.
Namun, tiba-tiba Putri Naga datang dan melarang untuk membunuh kadal raksasa yang saat ini dikenal komodo. Putri Naga menjelaskan kepada Gerong bahwa kadal itu adalah saudara kembarnya yang bernama Orah.
Sejak saat itu masyarakat sekitar selalu memperlakukan komodo sebagai saudara. Itulah sedikit cerita legenda asal muasal Komodo bernama Orah dan menjadi hewan yang terjaga dengan baik hingga saat ini oleh masyarakat setempat.
Pewarta : Kristian.
Editor : Feren.